Jumat, 26 Desember 2014

{Review} Remember When ~ Winna Efendi


Judul : Remember When : Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta
Penulis : Winna Efendi
Tahun terbit : 2011
Penerbit : Gagas Media
Jumlah halaman : 260 halaman
***
Moses, Ketua OSIS yang nilai rapornya selalu sempurna, bersahabat dengan Adrian, si jago basket yang menjadi idola di sekolah. Persahabatan tidak memilih, ia hanya ada bagi orang-orang yang menghendakinya dan mau mempertahankannya. Contohnya seperti persahabatan Moses dan Adrian, karakter keduanya saling bertolak belakang, namun saling melengkapi.
          Lalu ada Anggia, si cantik yang cukup terkenal di sekolah, yang jago melukis sekaligus disukai banyak cowok. Juga Freya, tipikal kutu buku yang pendiam, yang nilainya mendekati sempurna, yahhh meskipun tidak sesempurna nilai Moses.
          Keempat manusia (cie) itu dipertemukan dalam satu cerita, ketika Moses jatuh cinta pada Freya, Adrian jatuh cinta pada Anggia. Di kelas 1 SMU, Moses dan Adrian mengutarakan perasaan masing-masing, dan…diterima!
          Hubungan keempatnya biasa-biasa saja, mereka sering double date : nongkrong bareng, nonton di bioskop bareng, sampai belajar bareng. Sampai konflik muncul ketika Freya, yang lebih suka memendam perasaan itu merasa tidak puas dengan hubungannya, yang datar-datar saja nyaris tanpa konflik. Ia ingin hubungan seperti Anggia dan Adrian, yang waktu itu jadi favorite couple di sekolah, meledak-ledak, penuh warna. Bukankah cinta selalu seperti itu? pikir Freya saat itu.
          Konflik demi konflik muncul hingga masing-masing dari mereka terluka. Hingga tiba suatu saat ketika masing-masing dari mereka harus memilih : untuk jujur kepada diri sendiri dan dunia, atau berbohong selamanya. Cinta tidak harus memiliki, jujur seringkali membuat banyak pihak tersakiti, namun untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya, yang tanpa pura-pura, seringkali membutuhkan pengorbanan. Kamu hanya perlu memaafkan dan berdamai dengan dirimu sendiri.
***
          Well written, seperti novel Refrain yang sebelumnya saya baca. Hanya saja novel Remember When ini banyak memunculkan ketidaksetujuan dalam diri saya.
          Satu. Saya agak kesal dengan Freya. Kenapa? Karena dia jatuh cinta pada pacar sahabatnya sendiri. Itu masih bisa ditolerir. Tapi melakukan hal-hal yang membuat pacar sahabatmu jatuh cinta padamu itu tidak bisa ditolerir. Menerima seseorang sebagai pacar hanya karena dia baik, bukan karena cinta, itu tidak bisa ditolerir. Yah, meski dia tidak sengaja, mungkin. Tetap saja ada, Freya sedikit menyebalkan.
          Tapi ada satu scene yang saya suka. Yakni, saat Freya dipaksa Anggia untuk potong rambut. Dan…tebak apa gaya rambutnya? Pixie cut! Hell yeah, I envy everyone who has that haircut.
         
 “Aku menatap wajahku sendiri di cermin. Perubahan yang sangat besar. Wajahku yang tirus dengan garis wajah tegas semakin diperjelas dengan potongan rambut pendek. Poni yang biasa kubiarkan menutupi separuh wajah dipangkas pendek, kini menjuntai tipis menutupi dahiku yang lebar. Warna merah gelap juga kontras dengan kulitku yang putih. Aku terlihat seperti makhluk asing. Seseorang yang tidak kukenali. Ini bukan perubahan kecil. Ini salah satu perubahan terbesar dalam hidupku.”~Freya POV
         
 Nggak penting juga sih, but once I had a boyish haircut, not a pixie haircut. And definitely that paragraph describe my feeling when I look for my new haircut in a mirror.

“Hanya ada satu syarat agar bisa populer di sekolah, dan syarat itu adalah: EKSIS.”~Anggia.

Saya akhirnya mengerti kenapa karakter-karakter dalam novel karya Winna Efendi selalu menarik hati saya. Winna Efendi selalu menaruh karakter yang punya passion. Annalise dengan passion terhadap fotografi, Niki dengan musik, dan Anggia dengan seni lukis. Bagi seorang penikmat musik, penggemar fotografi, dan suka menggambar seperti saya, karakter-karakter seperti itu menarik sekali. Karena beberapa kali ada deskripsi khusus mengenai passion-passion itu, yang membuat saya “Wah, gue banget” sehabis membaca bagian-bagian tersebut.
Winna Efendi rupanya gemar mengangkat tema persahabatan ya? Dan gaya penulisannya bagus sekali. segalanya terasa natural, persahabatan Moses dan Adrian sejak kecil. Hingga persahabatan seseorang yang berbeda karakter seperti Anggia dan Freya. Meskipun di dunia nyata persahabatan seperti itu jarang ditemui, ya.   

“When you make decisions, you deal with consequences. Kamu memberikan segalanya untuk Adrian dengan tulus, jadi jangan mengharapkan timbal baliknya. Don’t blame it on him. Don’t expect anything in return.” ~ Priscilla.

Akhirnya, 3,5 bintang, untuk Remember When, yang begitu saya nikmati proses membacanya, yang saya resapi bagian per bagian, yang membuat saya berpikir ulang tentang kekekalan cinta (bukan energi). Yaaah meskipun Adrian dan Freya tak akan menjadi pasangan favorit saya. Haha ;)

Rabu, 24 Desember 2014

{Review} Refrain : Saat Cinta Selalu Pulang ~ Winna Efendi


Judul : Refrain
Penulis : Winna Efendi
Diterbitkan oleh : Gagas Media
Tahun terbit : 2009
Jumlah halaman : 318 lembar

***
“Gak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini,Kak. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya.”  “  Acha
***
Nata dan Niki telah bersahabat sejak kecil. Persahabatan kedua mahluk berbeda jenis kelamin ini terus berlanjut hingga mereka menginjak bangku SMU. Niki kini mengikuti ekstrakurikuler cheerleader, ia mulai suka dandan, ia juga mulai mencari pacar. Perubahan Niki itu membuat Nata gerah. Gerah, karena ia teman-teman cowoknya sesekali membicarakan sahabatnya, bahkan salah satu diantaranya naksir sahabatnya itu.
Lalu muncul Annalise, anak model yang sudah terkenal di seluruh dunia, Vidia Rossa, yang suatu hari pindah ke SMU Niki dan Nata. Semua orang mengira Annalise sebagai tipe koleris (yah) yang suka menjadi pusat perhatian, namun siapa kira, meski keluarganya menjadi sorotan publik, Annalise lebih suka menghabiskan waktunya dengan kamera dan buku. Dia begitu pendiam sehingga orang-orang di sekolah menganggapnya sosok yang sombong.
Mereka bertiga akhirnya bersahabat, Annalise tersentuh dengan persahabatan tulus yang ditawarkan oleh Niki yang polos dan ceria, juga Nata yang meskipun tampak cuek, sebenarnya begitu perhatian dengan orang-orang sekitarnya.
Persahabatan mereka beberapa kali diuji. Terkadang dalam persahabatan antara cowok dan cewek timbul rasa suka yang tak bisa dicegah keberadaannya, namun pada akhirnya mereka harus memilih untuk mempertahankan persahabatan mereka, atau perasaan suka yang akhirnya akan menghancurkan persahabatan itu.
***
                Refrain adalah novel remaja karya Winna Efendi yang pertama kubaca. Jujur, saya nggak mengharapkan apa-apa saat membacanya, karena sudah sering dikecewakan oleh novel-novel bergenre teenlit yang isinya acak-acakan (ups) dan lebai (ups lagi). Saya nggak menyangka akan menikmati seluruh bagian dari novel ini. Yang paling aku suka adalah gaya mbak Winna Efendi mendeskripsikan suasana, tempat, maupun perasaan tokoh. Detil, namun tidak lebai, justru terasa elegan. Juga bagaimana obrolan antara tokoh-tokohnya yang mengalir dengan natural. Penulis mampu menggambarkan tokoh-tokohnya dengan baik.
                Saya suka Annalise. Sebab dia mencintai fotografi. Just like me.
"Aku suka konsep fotografi—seakan-akan momen yang ditangkap lensa akan tetap di sana untuk selamanya."
Dan, mereka memang tetap ada, bahkan saat dunia berputar dan berubah, kenangan yang tercetak pada lembaran foto itu tidak pernah berubah. Photographs last for a lifetime.
"Papa selalu bilang, manusia akan menua, tempat bisa berubah, kita bisa melupakan. Karena itulah kamera digunakan, untuk merekam hal-hal yang tidak dapat diingat manusia dengan sempurna."
Ia mengangkat kamera, menahannya tepat di depan wajah Nata. Nata bergeming, tidak tersenyum dan tidak memintanya untuk berhenti, hingga Annalise menekan tombol shutter.
Klik.’’
                Saya juga tertarik dengan baris ini. Sungguh, saya perlu penjelasan lebih. Mengapa?
                Mengapa sangat mudah bagi seseorang untuk mengorbankan cinta demi cita-cita? Annalise ingin tahu. Dhanny menatapnya tenang, dan saat itu juga Annalise mengetahui jawabannya. Karena cinta tidak ingin bertahan dalam hati dua orang yang tidak menginginkan hal yang sama. Karena jika salah satunya tidak memiliki ruang yang cukup untuk cinta, maka cinta itu akan beranjak pergi.
                     Saya suka pernyataan Nata ini. Gue banget haha.
             “Nata tertawa. "Gue bukannya sinis, tapi prinsipil. Gue nggak suka orang yang suka pura-pura, dan gue terbiasa ngomong apa adanya ke semua orang. Kadang, itu disalahartikan sebagai sarkastis."
                    
                Kekurangan dari Refrain ialah, menurut saya tokoh-tokoh di dalamnya terlalu normal. Niki terlalu innocent buat saya. Nata terlalu lurus. Annalise terlalu baik. Hahaha, lupakan bahwa Anda pernah membaca paragraf ini.

                Yang terakhir, novel ini cocok bagi Anda yang ingin membaca sesuatu yang tidak begitu berat, namun manis dan memikat. Dan…ya. Sudah bisa dipastikan saya akan membaca novel-novel karya Winna Efendi yang lainnya.