Judul : Remember When : Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta
Penulis : Winna Efendi
Tahun terbit : 2011
Penerbit : Gagas Media
Jumlah halaman : 260 halaman
***
Moses,
Ketua OSIS yang nilai rapornya selalu sempurna, bersahabat dengan Adrian, si
jago basket yang menjadi idola di sekolah. Persahabatan tidak memilih, ia hanya
ada bagi orang-orang yang menghendakinya dan mau mempertahankannya. Contohnya
seperti persahabatan Moses dan Adrian, karakter keduanya saling bertolak
belakang, namun saling melengkapi.
Lalu ada Anggia, si cantik yang cukup
terkenal di sekolah, yang jago melukis sekaligus disukai banyak cowok. Juga Freya,
tipikal kutu buku yang pendiam, yang nilainya mendekati sempurna, yahhh meskipun
tidak sesempurna nilai Moses.
Keempat manusia (cie) itu dipertemukan
dalam satu cerita, ketika Moses jatuh cinta pada Freya, Adrian jatuh cinta pada
Anggia. Di kelas 1 SMU, Moses dan Adrian mengutarakan perasaan masing-masing,
dan…diterima!
Hubungan keempatnya biasa-biasa saja,
mereka sering double date : nongkrong
bareng, nonton di bioskop bareng, sampai belajar bareng. Sampai konflik muncul
ketika Freya, yang lebih suka memendam perasaan itu merasa tidak puas dengan hubungannya,
yang datar-datar saja nyaris tanpa konflik. Ia ingin hubungan seperti Anggia
dan Adrian, yang waktu itu jadi favorite
couple di sekolah, meledak-ledak, penuh warna. Bukankah cinta selalu seperti itu? pikir Freya saat itu.
Konflik demi konflik muncul hingga
masing-masing dari mereka terluka. Hingga tiba suatu saat ketika masing-masing
dari mereka harus memilih : untuk jujur kepada diri sendiri dan dunia, atau
berbohong selamanya. Cinta tidak harus memiliki, jujur seringkali membuat
banyak pihak tersakiti, namun untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya,
yang tanpa pura-pura, seringkali membutuhkan pengorbanan. Kamu hanya perlu
memaafkan dan berdamai dengan dirimu sendiri.
***
Well written, seperti novel Refrain
yang sebelumnya saya baca. Hanya saja novel Remember When ini banyak
memunculkan ketidaksetujuan dalam diri saya.
Satu. Saya agak kesal dengan Freya.
Kenapa? Karena dia jatuh cinta pada pacar sahabatnya sendiri. Itu masih bisa
ditolerir. Tapi melakukan hal-hal yang membuat pacar sahabatmu jatuh cinta
padamu itu tidak bisa ditolerir. Menerima seseorang sebagai pacar hanya karena
dia baik, bukan karena cinta, itu tidak bisa ditolerir. Yah, meski dia tidak
sengaja, mungkin. Tetap saja ada, Freya sedikit menyebalkan.
Tapi ada satu scene yang saya suka. Yakni, saat Freya dipaksa Anggia untuk potong
rambut. Dan…tebak apa gaya rambutnya? Pixie
cut! Hell yeah, I envy everyone who has that haircut.
“Aku menatap wajahku sendiri di cermin. Perubahan yang sangat besar. Wajahku yang tirus dengan garis wajah tegas semakin diperjelas dengan potongan rambut pendek. Poni yang biasa kubiarkan menutupi separuh wajah dipangkas pendek, kini menjuntai tipis menutupi dahiku yang lebar. Warna merah gelap juga kontras dengan kulitku yang putih. Aku terlihat seperti makhluk asing. Seseorang yang tidak kukenali. Ini bukan perubahan kecil. Ini salah satu perubahan terbesar dalam hidupku.”~Freya POV
Nggak penting juga sih, but once I had a boyish haircut, not a pixie haircut. And definitely that paragraph describe my feeling when I look for my new haircut in a mirror.
“Hanya
ada satu syarat agar bisa populer di sekolah, dan syarat itu adalah: EKSIS.”~Anggia.
Saya akhirnya mengerti kenapa
karakter-karakter dalam novel karya Winna Efendi selalu menarik hati saya.
Winna Efendi selalu menaruh karakter yang punya passion. Annalise dengan passion
terhadap fotografi, Niki dengan musik, dan Anggia dengan seni lukis. Bagi
seorang penikmat musik, penggemar fotografi, dan suka menggambar seperti saya,
karakter-karakter seperti itu menarik sekali. Karena beberapa kali ada deskripsi
khusus mengenai passion-passion itu,
yang membuat saya “Wah, gue banget” sehabis membaca bagian-bagian tersebut.
Winna Efendi rupanya gemar
mengangkat tema persahabatan ya? Dan gaya penulisannya bagus sekali. segalanya
terasa natural, persahabatan Moses dan Adrian sejak kecil. Hingga persahabatan
seseorang yang berbeda karakter seperti Anggia dan Freya. Meskipun di dunia
nyata persahabatan seperti itu jarang ditemui, ya.
“When
you make decisions, you deal with consequences. Kamu memberikan segalanya untuk
Adrian dengan tulus, jadi jangan mengharapkan timbal baliknya. Don’t blame it
on him. Don’t expect anything in return.” ~ Priscilla.
Akhirnya, 3,5 bintang, untuk
Remember When, yang begitu saya nikmati proses membacanya, yang saya resapi
bagian per bagian, yang membuat saya berpikir ulang tentang kekekalan cinta (bukan
energi). Yaaah meskipun Adrian dan Freya tak akan menjadi pasangan favorit
saya. Haha ;)